Asal Usul ‘April Fool’ – Kisah Berdarah Umat Islam Sepanyol

Setiap kali menjelang tarikh 1 April, ramai diantara kita begitu terpengaruh dengan budaya ‘pandang ke barat’, dan mereka menjadi begitu meriah dan humor sekali. Otak masing-masing penuh dengan rancangan dan mencari mangsa-mangsa untuk dipermain-mainkan. Bahkan sewaktu sedang bekerja atau sedang makan pun kepala mereka mencari cara dan membuat rencangan ‘guruan’ ini.

Tiap tarikh 1 April, ada saja orang—terutama anak-anak muda—yang merayakan hari tersebut dengan membuat aneka kejutan atau sesuatu gurauan. April Fools Day, demikian orang Barat menyebut hari tarikh 1 April atau lebih popular disebut sebagai ‘April Mop’.

Namun tahukah Anda jika perayaan tersebut sesungguhnya berasal dari sejarah penyeranagn tentara Salib terhadap Muslim Spanyol yang memang didahului dengan cara penipuan? Inilah sejarahnya yang disalin semula dari sebagiann dari buku “Valentine Day, Natal, Happy New Year, April Mop, Halloween: So What?” (Rizki Ridyasmara, Pustaka Alkautsar, 2005)

Yang penting mereka ingin puas melihat muka mangsa-mangsa gurauan April Mop mereka merah padam karana dipermain-mainkan. Bagaimanapun, tanpa mereka sadari, kadang gurauan-gurauan atau ‘practical jokes’ yang dilakukan dapat menjadikan perselisihan dan penyesalan yang berkepanjangan.

SEJARAH APRIL MOP
Perayaan April Mop yang selalu diakhiri dengan kegembiraan dan kepuasan itu sesungguhnya berasal dari satu tragedi besar yang sangat menyedihkan dan memilukan. April Mop atau The April’s Fool Day berasal dari satu episode sejarah Muslim Spanyol di tahun 1487 atau bertepatan dengan 892 H. Sebelum sampai pada tragedi tersebut, ada baiknya melihat sejarah Spanyol dahulu ketika masih di bawah kekuasaan Islam.

Sejak dikuasai Islam pada abad ke-8 M oleh Panglima Thariq bin Ziyad , Spanyol berangsur-angsur tumbuh menjadi satu negeri yang makmur. Pasukan Islam tidak saja berhenti di Spanyol, namun terus melakukan perluasan di negeri-negeri sekitar menuju Perancis. Perancis Selatan dengan mudah telah ditakluki. Kota Carcassone, Nimes, Bordeaux, Lyon, Poitou, Tours, dan sebagainya jatuh. Walau sangat kuat, pasukan Islam masih memberikan ‘toleransi’ kepada suku Goth dan Navaro di daerah sebelah Barat kawasan pegunungan.

Islam telah menerangi Spanyol. Karana sikap para pemerentah Islam begitu baik dan rendah hati, maka ramai orang-orang Spanyol yang kemudian dengan tulus dan ikhlas memeluk Islam. Muslim Spanyol bukan hanya beragama Islam, namun mereka sungguh-sungguh mempraktikkan kehidupan secara Islami. Mereka tidak hanya membaca Al-Qur’an tapi juga bertingkah laku berdasarkan Al-Qur’an. Mereka selalu berkata tidak untuk muzik, bear, pergaulan bebas, dan segala hal yang dilarang Islam. Keadaan tenteram seperti itu berlangsung hampir enam abad lamanya.

Selama itu pula kaum kafir yang masih ada di sekeliling Spanyol tanpa kenal putus asa terus berupaya membersihkan Islam dari Spanyol, namun mereka selalu gagal. Telah beberapa kali dicuba tapi selalu tidak berhasil. Dihantar sejumlah perisik untuk mempelajari kelemahan umat Islam di Spanyol. Akhirnya perisik itu menemukan cara untuk menaklukkan Islam di Spanyol, yakni pertama-tama harus melemahkan iman mereka dulu dengan jalan serangan pemikiran dan budaya.

Maka mulailah secara diam-diam mereka menghantar alkohol dan rokok secara terus menerus ke dalam wilayah Spanyol. Muzik diperdengarkan untuk memikat kaum mudanya agar lebih suka bernyanyi dan menari berbanding baca Qur’an. Mereka juga mengirim sejumlah ulamak palsu yang kerjanya meniup-niupkan perpecahan di dalam tubuh umat Islam Spanyol. Lama-kelamaan usaha ini membuahkan hasil.

Akhirnya Spanyol jatuh da dikuasai pasukan Salib. Penyerangan oleh pasukan Salib benar-benar dilakukan dengan kejam tanpa mengenal peri kemanusiaan.

Tidak hanya pasukan Islam yang disembelih, juga penduduk sipil, wanita, anak-anak kecil, orang-orang tua, semuanya dilibas dengan pedang.

Satu persatu daerah di Spanyol jatuh, Granada adalah daerah terakhir yang ditaklukkan. Penduduk-penduduk Islam di Spanyol (juga disebut orang Moor) terpaksa berlindung di dalam rumah untuk menyelamatkan diri. Tentara-tentara Kristen terus mengejar mereka.

Ketika jalan-jalan sudah sepi, tinggal menyaksikan ribuan mayat yang bergelimpangan bermandikan darah, tentara Salib mengetahui bahwa banyak Muslim Granada yang masih bersembunyi di rumah-rumah.

Dengan lantang tentara Salib itu mengumumkan pengampunan, bahwa para Muslim Granada boleh keluar dari rumah dengan aman dan diperbolehkan berlayar keluar dari Spanyol dengan membawa barang-barang keperluan mereka. “Kapal-kapal yang akan membawa kamu keluar dari Spanyol sudah kami persiapkan di pelabuhan. Kami menjamin keselamatan kamu jika ingin keluar dari Spanyol, setelah ini maka kami tidak lagi memberikan jaminan!” demikian bujuk tentara Salib.

Orang-orang Islam masih curiga dengan tawaran ini. Beberapa dari orang Islam diperbolehkan melihat sendiri kapal-kapal penumpang yang sudah dipersiapkan di pelabuhan. Setelah benar-benar melihat ada kapal yang sudah dipersiapkan, maka mereka segera bersiap untuk meninggalkan Granada bersama-sama menuju ke kapal-kapal tersebut. Mereka pun bersiap untuk berlayar.

Keesokan harinya, ribuan penduduk Muslim Granada yang keluar dari rumah-rumahnya dengan membawa seluruh barang-barang keperluannya beriringan jalan menuju pelabuhan. Beberapa orang Islam yang tidak mempercayai tentara Salib bertahan dan terus bersembunyi di rumah-rumahnya.

Setelah ribuan umat Islam Spanyol berkumpul di pelabuhan, dengan cepat tentara Salib menggeledah rumah-rumah yang telah itinggalkan penghuninya. Lidah api terlihat menjilat-jilat angkasa ketika para tentara Salib itu membakar rumah-rumah tersebut bersama orang-orang Islam yang masih bertahan di dalamnya.

Sedang ribuan umat Islam yang tertahan di pelabuhan hanya boleh melihat ketika tentara Salib juga membakar kapal-kapal yang dikatakan akan mengangkut mereka keluar dari Spanyol. Kapal-kapal itu dengan cepat tenggelam. Ribuan umat Islam tidak boleh berbuat apa-apa karana sama sekali tidak bersenjata. Mereka juga kebanyakan terdiri dari para perempuan dan anak-anaknya yang masih kecil-kecil. Sedang tentara Salib itu telah mengepung mereka dengan pedang terhunus.

Dengan satu teriakan dari pemimpinnya, ribuan tentara Salib itu segera menyerang dan melibas umat Islam Spanyol tanpa perasaan belas kasihan. Jerit tangis dan takbir membahana. Dengan buas tentara Salib terus membunuhi warga awam yang sama sekali tidak berdaya.

Seluruh Muslim Spanyol di pelabuhan itu habis dibunuh dengan kejam. Darah menggenang di mana-mana. Laut yang biru telah berubah menjadi merah kehitam-hitaman. Tragedi ini bertepatan dengan tanggal 1 April. Inilah yang kemudian diperingati oleh dunia Kristen setiap tanggal 1 April sebagai April Mop (The Aprils Fool Day).

Bagi umat Islam April Mop tentu merupakan tragedi yang sangat menyedihkan. Hari di mana ribuan saudara-saudaranya seiman disembelih dan dilibas oleh tentara Salib di Granada, Spanyol. Sebab itu, adalah sangat patut jika ada orang Islam yang terikut-ikut merayakan tradisi ini. Sebab dengan ikut merayakan April Mop, sesungguhnya orang-orang Islam itu ikut bergembira dan tertawa atas tragedi tersebut. Siapa pun orang Islam yang turut merayakan April Mop, maka ia sesungguhnya tengah merayakan ulang tahun pembunuhan massal ribuan saudara-saudaranya di Granada, Spanyol, beberapa abad silam.

Mengapa seseorang Yahudi dibolehkan menyimpan janggut untuk mengamalkan kepercayaannya. ..

…tetapi bila seorang Muslim berbuat demikian, dia dianggap ekstrim dan pengganas?



Mengapa seseorang rahib boleh meliputi keseluruhan tubuhnya kerana memperhambakan diri kepada Tuhannya…

…tetapi bila seseorang Muslimah melakukan begitu, dia ditekan?



Mengapa bila wanita barat menjadi surirumah,
dia dihormati kerana dikatakan berkorban untuk keluarganya. ..

…tetapi bila wanita Islam berbuat begitu, mereka kata, “dia mesti dibebaskan!



Mengapa mana-mana gadis boleh ke universiti dengan berpakaian mengikut kesukaannya kerana punyai hak dan kebebasan…

…tetapi bila seseorang wanita Muslim memakai hijab, dia tidak boleh menjejakkan kakinya ke universiti?


   
   



Mengapa bila seseorang Kristian atau Yahudi membunuh, agamanya tidak dikaitkan… tetapi baru sahaja seseorang Muslim didakwa melakukan jenayah, nama Islam turut diadili!

Mengapa bila seseorang berkorban diri untuk melihat orang lain hidup, dia amat disanjungi.. .

…tetapi bila seseorang warga Palestin melakukannya untuk menyelamatkan diri, keluarga, rumahtangga dan masjidnya,
dia dikenali sebagai seorang pengganas?



   
   
 

Mengapa kita terlalu percaya kepada akhbar…

…tetapi selalu persoalkan apa yang terkandung di dalam Al-

SEJARAH AYAT KURSI

Ayat ini diturunkan setelah hijrah. Semasa penurunannya ia
telah diiringi oleh beribu-ribu malaikat kerana kehebatan dan
kemuliaannya. Syaitan dan iblis juga menjadi gempar kerana adanya satu
perintang dalam perjuangan mereka. Rasullah s. a. w. dengan segera
memerintahkan Zaid bt sabit menulis serta menyebarkannya.

Sesiapa yang membaca ayat Kursi dengan khusyuk setiap kali
selepas sembahyang fardhu, setiap pagi dan petang, setiap kali keluar
masuk rumah atau hendak musafir, InsyaAllah akan terpeliharalah dirinya
dari godaan syaitan, kejahatan manusia, binatang buas yang akan
memudaratkan dirinya bahkan keluarga, anak-anak, harta bendanyajuga
akan terpelihara dengan izin Allah s. w. t.

Mengikut keterangan dari kitab”Asraarul Mufidah” sesiapa mengamalkan membacanya setiap hari
sebanyak 18 kali maka akan dibukakan dadanya dengan berbagai hikmah,
dimurahkan rezekinya, dinaikkan darjatnya dan diberikannya pengaruh
sehingga semua orang akan menghormatinya serta terpelihara ia dari
segala bencana dengan izin Allah. Syeikh Abu Abbas ada menerangkan, siapa yang membacanya
sebanyak 50 kali lalu ditiupkannya pada air hujan kemudian diminumnya, InsyaAllah Allah akan mencerdaskan akal
fikirannya serta Fadhilat Ayat Al-Kursi mengikut Hadis-Hadis Rasullullah
s. a. w. bersabda bermaksud:

“Sesiapa pulang ke rumahnya serta membaca ayat Kursi, Allah
hilangkan segala kefakiran di depan matanya.”

Sabda bagindalagi;

“Umatku yang membaca ayat Kursi 12 kali pada pagi Jumaat,
kemudian berwuduk dan sembahyang sunat dua rakaat, Allah memeliharanya
daripada kejahatan syaitan dan kejahatan pembesar.”

Orang yang selalu membaca ayat Kursi dicintai dan dipelihara
Allah sebagaimana DIA memelihara Nabi Muhammad. Mereka yang beramal
dengan bacaan ayat Kursi akan mendapat pertolongan serta perlindungan
Allah daripada gangguan serta hasutan syaitan. Pengamal ayat Kursi juga,
dengan izin Allah, akan terhindar daripada pencerobohan pencuri.Ayat
Kursi menjadi benteng yang kuat menyekat pencuri daripada memasuki
rumah. Mengamalkan bacaan ayat Kursi juga akan memberikan keselamatan
ketika dalam perjalanannya. Ayat Kursi yang dibaca dengan penuh khusyuk,
Insya-Allah, boleh menyebabkan syaitan dan jinterbakar. Jika anda
berpindah ke rumah baru maka pada malam pertama anda menduduki rumah itu
eloklah anda membaca ayat Kursi 100 kali, insya-Allah mudah-mudahan anda
sekeluarga terhindar daripada gangguan lahir dan batin. Barang siapa
membaca ayat Al-Kursi apabila berbaring di tempat tidurnya, Allah mewakilkan 2 orang Malaikat memeliharanya hingga subuh.

Barang siapa membaca ayat Al-Kursi di akhir setiap sembahyang
Fardhu, ia akan berada dalam lindungan Allah hingga sembahyang yang
lain. Barang siapa membaca ayat Al-Kursi di akhir tiap sembahyang, tidak
menegah akan dia daripada masuk syurga kecuali maut, dan barang siapa
membacanya ketika hendak tidur, Allah memelihara akan diake atas
rumahnya, rumah jirannya & ahli rumah2 di sekitarnya. Barang siapa
membaca ayat Al-Kursi diakhir tiap-tiap sembahyang Fardhu, Allah
menganugerahkan dia hati-hati orang yang bersyukurperbuatan2 orang yang
benar, pahala nabi2 juga Allah melimpahkan padanya rahmat. Barang siapa
membaca ayat Al-Kursi sebelum keluar rumahnya, maka Allah mengutuskan
70,000 Malaikat kepadanya, mereka semua memohon keampunan dan mendoakan
baginya. Barang siapa membaca ayat Al-Kursi di akhir sembahyang Allah
azza wajalla akan mengendalikan pengambilan rohnya dan ia adalah seperti
orang yang berperang bersama nabi Allah sehingga mati syahid. Barang
siapa yang membaca ayat al-Kursi ketika dalam kesempitan nescaya Allah
berkenan memberi pertolongan kepadanya Dari Abdullah bin ‘Amr r. a. ,
Rasullullah s. a. w. bersabda,

Tahun Hijrah: Sejarah dan hubungannya dengan hijrah Rasulullah s.a.w.
Ustaz Zainuddin Hashim
Wed | Jan 09, 08 | 3:36:57 pm MYT
Kalendar Islam bagi sandaran umat Islam adalah Takwim Hijrah atau Takwim Islam. Ianya merupakan takwim yang digunakan secara meluas di kebanyakan negara umat Islam untuk menentukan hari kebesaran Islam. Kalendar ini merupakan kalendar lunar (berasaskan bulan), dan mempunyai kira-kira 355 hari dalam setahun.Permulaan penggunaan Kalendar Tahun Hijrah / Hijriah adalah hasil dari ilham Khalifah Ar-Rasyidin yang kedua iaitu Saidina Umar Al-Khatab r.a. Ini adalah rentetan dari Kesatuan Arab yang ditubuhkan di bawah naungan Islam pada zamannya.Riwayat juga mengatakan bahawa Gabenor Abu Musa Al-Asy’ari telah mengirimkan surat kepada Saidina Umar r.a meminta beliau menjelaskan tentang tahun bagi tarikh surat/arahan Umar yang telah dihantar kepadanya.Bermula daripada peristiwa itulah Saidina Umar memerintahkan satu kalendar / taqwim Islam yang khas diwujudkan untuk menggantikan tahun rujukan kalendar yang berbagai-bagai yang digunakan oleh bangsa-bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain pada zaman itu. Peristiwa ini juga pencetus kepada penyusunan takwim berdasarkan falak syar’ie.

Sebelum kemunculan kalendar Islam ini di kalangan bangsa Arab sendiripun ada berbagai-bagai kalendar yang digunakan seperti Kalendar Tahun Gajah, Kalendar Persia, Kalendar Romawi dan kalendar-kalendar lain yang berasal dari tahun peristiwa-peristiwa besar Jahiliah.

Maka Umar telah memilih tahun yang terdapat di dalamnya peristiwa paling agung dalam sejarah Rasullullah s.a.w untuk dijadikan asas permulaan tahun pertama bagi kiraan kalendar taqwim Islam.

Walaupun tahun yang dipilih adalah tahun hijrah, ianya mencatatkan peristiwa hijrah berlaku pada bulan yang lain selain Muharram namun kalender Islam meletakkan awal bulan kalender hijrah itu sebagai awal Muharram ini kerana kemuliaan yang ada pada bulan ini di sisi orang Arab lebih-lebih lagi di sisi Allah.

Kalendar ini juga mengambil peristiwa hijrah Rasullullah s.a.w dari Makkah ke Madinah. Ini adalah kerana dengan hijrah inilah permulaan pertolongan Allah kepada RasulNya dan agama Islam ditegakkan. Hasil dari itu, Kesatuan Arab lebih sistematik, bersatu dan tersusun serta mendapat berbagai-bagai kejayaan besar dan bertambah kuat hasil dari pilihan Umar itu.

Di antara kejayaan besar Islam waktu itu ialah kerajaan Kisra dapat ditumbangkan, Baitulmuqaddis pula dibebaskan dari Rom dan Masjid Al Aqsa dibangunkan.

Perbandingan kalendar juga telah dibuat oleh Umar,setelah Umar membandingkan kalendar tersebut dengan kalendar-kalendar Persia dan Romawi, didapati bahawa kalendar ini ternyata lebih baik dan bersistematik. Maka dengan itu pengisytiharaan Kalendar Tahun Hijrah adalah Kalendar / Taqwim Islam yang rasmi.

Sebab-sebab berlaku Hijrah

Ia bagi mengurangkan tekanan yang dialami baginda Rasulullah terhadap serangan bertubi-tubi puak musuh di kalangan masyarakat Arab Jahiliyyah yang tidak senang dengan Islam yang diperkenalkan oleh baginda Rasulullah s.a.w.

Atas dasar itu Allah SWT memerintahkan baginda dan seluruh umat Islam yang masih berada di bumi Mekah supaya meninggalkan tempat itu dan menuju ke kota Madinah.

Bagi yang mengingkari arahan supaya berhijrah ke Madinah, mereka dijanjikan dengan neraka dan ditimpakan dengan siksaan yang amat pedih dari sisi Allah sepertimana yang ditegaskan Allah menerusi firman-Nya dalam ayat 97 surah an-Nisaa yang bermaksud :

“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaaan menzalimi diri mereka sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya : Dalam keadaan bagaimana kamu ini? Mereka menjawab : Kami adalah orang-orang yang tertindas di negeri kami sendiri (Mekah). Para malaikat berkata : Bukankah bumi Allah itu luas hingga kamu dapat berhijrah di bumi itu? Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan ia seburuk-buruk tempat kembali.”

Hijrah adalah sunnah para anbiya

Hijrah bukan sahaja berlaku ke atas diri Nabi Muhammad s.a.w sahaja, malah telah terdahulu daripadanya para Anbiya seperti Nabi Ibrahim, Musa, Isa, Yusuf alaihimussalam dan lain-lain, ia berlaku kerana penentangan yang amat keras di kalangan masyarakatnya yang tidak dapat menerima dakwah atau seruan yang dibawa oleh mereka.

Maka berlakulah penentangan antara hak dan batil yang memang menjadi lumrah dan semulajadi hingga hari Kiamat.

Justeru, para Anbiya semuanya telah dijemput oleh Allah di sisinya, agama-Nya yang benar itu diwarisi oleh mereka yang cintakan Allah dan Rasul-Nya, maka golongan pewaris Islam sampai bila-bila berdepan dengan tribulasi ciptaan manusia yang tidak senang Islam mendapat sambutan menggalakkan.

Allah tidak akan membiarkan agama Islam terkulai layu tanpa yang menyambutnya, maka dia memilih di kalangan hamba-hambaNya individu-individu yang sanggup berkorban untuk agama-Nya, namun mereka terpaksa berdepan dengan ujian, cubaan, tribulasi yang direka oleh manusia-manusia yang tidak berapa senang Islam mendapat tempat di hati manusia, walaupun yang membencinya bernama Islam, tetapi pada masa yang sama menganut fahaman Sekularisme, Kapitalisme, Sosialisme, Nasionalisme, dan lain-lain.

Mereka berusaha untuk menangkap, memenjara, membunuh golongan yang mendaulatkan Islam tanpa bicara dan bukti yang sah lagi kukuh untuk menuduh mereka, ia sedang berlaku di negara-negara yang diperintah umat Islam sampai hari ini, khususnya mereka yang tidak meletakkan Islam sebagai agama perlembagaan negara.

Maka berlakulah penghijrahan golongan ulama’yang terpaksa meninggalkan negara masing-masing bukan atas alasan takut, tetapi kejahatan golongan pemerintah memuncak yang memaksa mereka keluar untuk mencari lokasi yang difikirkan munasabah untu meneruskan aktiviti dakwah di situ.

Rasulullah sendiri pernah menjadi sasaran musuh

Allah SWT berfirman menerusi ayat 30 surah al-Anfal: “Dan (ingatlah) ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan segala daya upaya terhadapmu (Muhammad) untuk menangkap (memenjara), membunuh serta mengusirmu keluar dari (Mekah). Mereka membuat perancangan jahat dan Allah menggagalkan perancangan jahat mereka, dan Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya (perancangan).” Jelas ayat di atas, menunjukkan bahawa kejahatan orang-orang yang jahat terhadap kerja-kerja dakwah tidak terhenti setakat itu, malah mereka memilih salah satu jalan untuk memastikan dakwah itu gagal, sama ada melalui penangkapan terhadap pendakwah, mengusir, memenjara atau membunuh mereka tanpa kebenaran yang sah, itulah yang akan dilakukan sampai hari kiamat, tetapi yang lebih menduka-citakan ialah apabila ia dirancang sendiri orang yang bernama Islam.Sesungguhnya hijrah yang berlaku ke atas Rasulullah s.a.w itu bukan ke satu tempat tertentu, malah ia bermaksud hijrah kepada Allah bagi mendapatkan keredaan-Nya, ia bertepatan dengan firman Allah di atas lidah Nabi Ibrahim dan Nabi Lut dalam ayat 26 surah al-Ankabut : “Dan berkatalah Ibrahim : Sesungguhnya aku akan berpindah (berhijrah) ke tempat yang diperintahkan Tuhanku, sesungguhnya Dia Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”Pengajaran daripada peristiwa Hijrah Hijrah telah melahirkan beberapa pendekatan berikut:1. Sunnah Nabi keluar ke tempat jauh dengan ditemani seseorang (Saidina Abu Bakr).

2. Hijrah di waktu malam adalah paling sesuai untuk bermunajat kepada Allah, kerana pada waktu itu ramai di kalangan pihak musuh sedang seronok tidur.

3. Tidak salah mendapat dan menggunakan khidmat orang kafir bagi tujuan maslahat Islam sepertimana baginda menggunakan khidmat Abdullah Bin Uraiqit (Nasrani) menjadi petunjuk jalan ke Madinah.

4. Baginda mengatur strategi berdakwah agar tidak dapat dikesan oleh musuh dengan menghilangkan kesan tapak kaki dengan puluhan tapak kaki kambing yang diusahakan oleh Amir Bin Fuhairah.

5. Memberi pengiktirafan dan kepercayaan kepada seorang remaja/belia dalam kerja-kerja dakwah sepertimana baginda mengarahkan Saidina Ali Bin Abu Talib menggantikan tempat tidurnya.

6. Memberi pengiktirafan dan kepercayaan kepada seorang muslimah berperanan dalam memberi saham seperti Asma Binti Abu Bakar.

7. Memberi pengiktirafan dan kepercayaan kepada seorang remaja, Abdullah Bin Abu Bakr untuk mendapatkan rahsia bagi memudahkan kerja-kerja dakwah.

Sesungguhnya setiap daripada individu muslim, boleh memainkan peranannya sebagai anggota jamaah menurut kadar kemampuan dan ilmunya bagi memajukan Islam pada kadar yang termampu.

Perkara sunat yang dilakukan di bulan Muharam

1. Digalakkan berpuasa sunat pada awal Muharram.

2. Digalakkan berpuasa sunat pada 9 dan 10 Muharram.

Pelaku maksiat tidak hidup tenang

Bersama Dr Juanda Jaya

MENGAPAKAH al-Quran banyak menyebutkan tentang kisah-kisah pelbagai kaum yang berakhir dengan kehancuran? Ia adalah supaya manusia sentiasa beringat bahawa segala bentuk kejahatan itu adalah warisan kehancuran yang mesti ditinggalkan. Jenayah homoseksual adalah peninggalan kaum Nabi Lut, kesombongan dan kezaliman adalah budaya Firaun, manakala gaya hidup bermegah-megah dan melampau telah dipelopori oleh kaum Nabi Hud. Penolakan terhadap seruan iman pula telah berlaku semenjak diutuskan Nabi Adam AS seterusnya berlanjutan hingga kerasulan Muhammad SAW.

Orang yang berasa dirinya suci kadang-kadang memandang orang lain dengan pandangan hina. Mereka sepatutnya memahami hakikat bahawa tiada seorang pun di atas muka bumi ini yang terlindung daripada kejahatan dirinya sendiri melainkan Nabi dan Rasul-Nya. Kerana aura kejahatan itu merebak di setiap sudut dan ruang dalam kehidupan sehari-hari. Hanya orang beriman saja yang boleh selamat, iaitu mereka yang memiliki sikap sentiasa berjaga-jaga dan waspada terhadap amal perbuatannya yang mudah dicemari oleh unsur-unsur kejahatan.

Sepertimana sikap Umar bin al-Khattab RA yang amat berhati-hati dengan gangguan kejahatan pada dirinya sendiri. Beliau bertanya kepada seorang sahabat: “Apakah yang dimaksudkan dengan takwa?” Sahabat menjawab: “Pernahkah kamu melewati satu jalan yang dipenuhi duri-duri yang tajam? Pasti kamu akan berhati-hati melaluinya supaya tidak terpijak duri-duri itu. Begitulah keadaan orang yang bertakwa, dia sentiasa beringat dan menjaga dirinya daripada kejahatan dan maksiat yang boleh membahayakan iman.”

Kebaikan dan kejahatan memberi kesan dan pengaruh pada setiap pergerakan manusia. Abdullah bin Abbas pernah berkata: “Kebaikan memiliki cahaya pada wajah dan hati, melapangkan rezeki, menguatkan badan dan disukai setiap makhluk Allah SWT. Sedangkan kejahatan mengakibatkan kegelapan pada wajah dan hati, lemahnya badan, sempitnya rezeki dan kebencian di hati setiap makhluk.” Kebaikan dan kejahatan ini akan hidup sepanjang hayat manusia dan terkubur bersama jasadnya ketika mati.

Begitulah hakikat diri kita dicipta hanya untuk bertarung melawan kejahatan dan bersabar melakukan kebaikan. Segala sesuatu yang kita lakukan tidak pernah terlepas dari dua kutub yang saling tarik menarik; kejahatan dan kebaikan. Kedua-duanya memberi kesan terhadap perasaan, pemikiran dan pergerakan kita setiap hari. Apakah kesan maksiat yang dapat dirasa dalam hati dan peribadi? Kita memerlukan kejujuran untuk menjawabnya. Benarkah kata-kata Ibnu Abbas di atas?
Kegelapan di dalam hati

Hati yang suram angkara maksiat tidak mampu menangkap cahaya kebaikan. Apabila maksiat itu telah menjadi darah daging, akibatnya tidak terdetik pun rasa takut melakukan maksiat itu. Hatinya hilang rasa, tidak sensitif dan ragu-ragu lagi melakukan maksiat. Yang paling teruk apabila dia menganggap maksiat itu adalah kebaikan. Atau menilainya sebagai perbuatan yang dimaafkan kerana rahmat Allah Taala. Buta hati! Begitulah keadaan orang yang akhirnya menganggap kejahatan sebagai suatu kebaikan sepertimana dalam firman Allah yang bermaksud: ”Katakanlah: Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” Iaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan di dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahawa mereka berbuat sebaik-baiknya.” – (Surah al-Kahfi: Ayat 103-104)

Tetapi seorang hamba Allah yang beriman amat sensitif hatinya terhadap dosa seakan-akan melihat dosa yang ringan ibarat gunung yang akan menghempapnya. Alangkah dahsyatnya kesan melakukan maksiat, tak kira yang ringan dan kecil sekalipun. Kerana dosa besar itu bermula dari melakukan yang kecil. Zina bermula dari pandangan mata dan senyuman, kemudian berkenalan yang melahirkan rindu dan mahu sentiasa bersama. Bermula menyentuh kulit tanpa sengaja akhirnya ingin memegang dan bersatu jiwa dan raga.

Begitu pula penipu kelas jerung sememangnya telah terbiasa melakukan penipuan kelas bilis, sedikit demi sedikit hingga tidak terasa bahangnya dosa dan maksiat yang telah sebati dalam jiwanya. Betapa pentingnya kita menjaga perkara-perkara yang kecil kerana ia boleh membesar secara senyap. Dosa besar bermula dari melakukan dosa kecil. Semua ini menyumbang kepada kegelapan di hati. Bagaimana mungkin rahmat Allah SWT jatuh di hati yang gelap, kotor dan busuk. Melainkan dengan ketentuan-Nya siapapun boleh diselamatkan jika Allah Taala berkehendak.
Kegelapan di wajah

Pelaku maksiat sentiasa diikuti bayang-bayang dosa dan rasa bersalah. Hatinya tidak tenang, wajahnya pula menyimpan kesusahan dan kegelisahan. Walaupun di hadapan orang ramai semua itu boleh disembunyikan tetapi dia akan sampai pada tahap tidak boleh menyembunyikan aibnya lagi. Ketika itu Allah Taala telah menyingkap hijab dirinya dan terbukalah segala cacat cela di hadapan manusia. Jika pandangan orang telah menghina dan memburukkan diri kita akibat perbuatan kita sendiri maka kita tidak akan mampu menampakkan keceriaan dan seri pada wajah. Yang tinggal hanya kesedihan, rasa bersalah dan gelisah akibat maksiat yang merendahkah maruah diri sendiri.
Sempitnya rezeki dan kebencian orang lain

Ummul Mukminin Aisyah RA pernah menuliskan surat kepada Khalifah Muawiyah RA yang berisi: “Ketahuilah orang-orang yang telah melakukan maksiat kepada Allah, maka orang yang memujinya berbalik akan mencelanya.”

Seorang pemimpin negara seperti Khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan RA sentiasa menjadi tumpuan rakyatnya. Oleh itu Aisyah RA berwasiat agar sentiasa sang khalifah menjaga hubungannya dengan Allah Taala dan jangan sekali-kali bermaksiat kepada-Nya kerana perbuatan maksiat itu akan mempengaruhi setiap keputusan sang khalifah dalam mentadbir negara. Seterusnya memberi kesan kepada rakyat, adakah mereka memuji atau membencinya?

Tiada seorangpun manusia yang suka melihat kejahatan berleluasa. Sekecil apapun kejahatan tetap kejahatan dan membawa bala kepada orang lain. Seperti seorang Muslim yang melihat Muslim lain meletakkan keretanya di tepi jalan yang mengganggu jalan kenderaan lain akan merasa benci dengan perbuatan saudaranya itu. Kejahatan bermula dari perkara yang kecil, akhirnya membawa kepada kejahatan lain. Pertengkaran dan buli di atas jalan raya boleh terjadi dan akhirnya menumpahkan darah.

Bagaimana pula orang yang dibenci itu boleh bermuamalat dengan orang lain, sedangkan peniaga yang berakhlak buruk tentulah akan dijauhi. Begitu pula dengan orang yang suka menahan rezeki saudaranya, apatah lagi mendengki, ibarat mahukan milik orang lain, yang di tangan sendiri pasti akan terlepas. Tiada keberkatan dalam rezekinya dan dia kehilangan kasih sayang daripada saudara-saudaranya seiman.

Al-Imam al-Syafie pernah mengeluh dan bersedih menanggung kesan dan akibat maksiat yang beliau rasakan dalam hatinya, beliau mengadu kepada Waki’ (salah seorang guru al-Syafie) dalam untaian syairnya:

”Aku mengadu kepada Waki’mengenai buruknya hafalanku; beliau memberi petunjuk kepadaku agar aku meninggalkan maksiat; Beliau berkata: Ketahuilah bahawa ilmu adalah cahaya; sedangkan cahaya Allah tidak mungkin diberikan kepada pelaku maksiat.”

KHUTBAH TERAKHIR

RASULULLAH SALLALLAHU ALAIHI WASALLAM

Bertempat di Padang Arafah, pada tahun ke 10 Hijrah ketika mengerjakan Hujjatul Wada’, Rasulullah SAW telah menyampaikan khutbahnya yang terakhir (Khutbah Wida’). Baginda bertolak ke Arafah dari Mina setelah naiknya matahari 9 Zulhijjah. Sebuah khemah didirikan untuk baginda dan baginda masuk serta berada di dalamnya sehingga tergelincir matahari (waktu zohor).

Selepas itu, baginda pun mengarahkan disiapkan untanya al-Qaswah, lalu menaikinya sehingga baginda tiba di Wadi Uranah. Di hadapan baginda, ribuan para sahabat mengelilingi baginda. Semuanya menanti penuh debar. Apakah ingin disampaikan baginda. Ramainya manusia yang berhimpun pada haji wida’ itu. Ada riwayat mengatakan jumlahnya mencecah 144,000 orang semuanya.

Baginda pun menyampaikan khutbahnya yang bersejarah:

“Segala puji bagi Allah. Kita memuji, meminta pertolongan, beristighfar dan bertaubat kepada-Nya. Kita berlindung dengan-Nya daripada kejahatan diri dan keburukan amalan kita. Sesiapa yang Allah berikan hidayat kepadanya, maka tidak ada siapa yang boleh menyesatkannya. Sesiapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada siapa yang boleh memberikan hidayat kepadanya. Aku menyaksikan bahawa tidak ada Tuhan melainkan Allah yang Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Aku menyaksikan bahawa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya. Aku berpesan kepada kamu supaya mentaati-Nya. Aku membuka khutbahku ini dengan mukaddimah yang baik.

Wahai manusia! Sila dengar apa yang akan aku katakan ini. Aku tidak tahu apakah aku akan dapat bersama kamu semua lagi selepas tahun ini, di tempat ini selamanya.

1. Sesungguhnya darah kamu, harta benda kamu dan kehormatan diri kamu telah terpelihara (diharamkan) sebagaimana diharamkan hari ini, bulan ini dan bandar ini Makkah dan kawasan sekitarnya.

2. Sesiapa yang memegang amanah, maka dia hendaklah mengembalikan amanah tersebut kepada tuan punyanya.

3. Ingatlah! Segala amalan jahiliyyah telah berada di tapak kakimu (iaitu telah dihapuskan).

4. Tuntutan hutang darah di zaman jahiliyyah (sebelum Islam) telah diampunkan. Tuntutan darah pertama yang aku batalkan adalah darah Rabi’ah bin Al-Haris yang disusukan oleh Bani Saad kemudian telah dibunuh oleh Huzail.

5. Riba adalah haram dan aku memulakannya dengan membatalkan riba yang akan diterima oleh Abbas bin Abdul Mutalib. Sesungguhnya ia dihapuskan keseluruhannya.

6. Wahai manusia! Takutilah Allah SWT di dalam urusan yang berkaitan dengan wanita. Sesungguhnya kamu telah mengambil mereka sebagai amanah daripada Allah SWT dan mereka telah dihalalkan kepada kamu dengan kalimah Allah. Wajib ke atas mereka untuk menjaga kehormatan kamu dan menjaga diri daripada melakukan perbuatan buruk. Jika mereka lakukannya maka kamu berhak untuk menghukum mereka tetapi bukanlah dengan pukulan yang mencederakan. Jika isteri-isteri kamu setia dan jujur terhadapmu, maka wajib ke atas kamu menjaga makan pakai dengan baik.

7. Semua orang mukmin adalah bersaudara, oleh itu tidak halal bagi seorang muslim mengmbil harta orang lain kecuali setelah mendapat kebenaran daripada tuannya.

8. Jangan kamu kembali menjadi kafir selepas pemergianku, di mana sebahagian daripada kamu memerangi sebahagian yang lain. Aku telah tinggalkan untuk kamu suatu panduan, jika kamu berpegang teguh dengan ajarannya, maka kamu tidak akan sesat selama-lamanya; kitab Allah dan sunnah Nabi-Nya.

9. Wahai manusia! Sesungguhnya tidak ada lagi nabi selepasku dan tidak ada lagi umat selepas kamu. Maka aku menyeru agar kamu menyembah Allah SWT Tuhan kamu dan menunaikan solat lima waktu, berpuasa pada bulan Ramadhan serta mengeluarkan zakat hartamu dengan kerelaan. Dan kerjakanlah haji ke Rumah Suci Tuhanmu (kaabah), untuk itu kamu akan masuk syurga Tuhanmu.

10. Tuhan kamu adalah Esa, datuk kamu pula adalah satu, kamu semua berasal daripada Adam dan Adam telah dijadikan daripada tanah. Orang yang paling baik di kalangan kamu ialah mereka yang paling bertaqwa kepada Allah. Tidak ada kelebihan bangsa Arab terhadap bangsa lain kecuali dengan taqwa.

11. Allah SWT telah menetapkan hak menerima pusaka kepada keluarga si mati, oleh itu tidak boleh membuat wasiat kepada penerima pusaka. Sesungguhnya laknat Allah ke atas sesiapa yang mengaku sebagai bapa kepada bukan bapanya yang sebenar, juga laknat dari para malaikat dan seluruh manusia.

12. Kemudian kamu akan disoal tentang aku, maka apa yang akan kamu jawab? Mereka menjawab, “Kami bersaksi bahawa tuan telah menyampaikan dan menyempurnakan risalahmu.” Baginda lalu mengangkat tangannya ke langit dan menurunkannya ke arah orang ramai sambil berkata, “Ya Allah! Saksikanlah.” Baginda Rasulullah mengucapkannya sebanyak tiga kali. Orang yang mengulang kembali ucapan Rasulullah SWT dengan kuatnya di Arafah ialah Rabi’ah bin Umaiyyah bin Khalaf ra.

Baginda berkhutbah di atas untanya al-Qaswah. Di sinilah turunnya wahyu mengenai kesempunaan agama Islam.

“Pada hari ini telah disempurnakan bagimu agamamu, dan telah kucukupkan nikmat-ku kepadamu, dan telah kuredhakan Islam itu menjadi agama untukmu. (Al-Maidah ayat 3)

Selepas baginda membacakan wahyu ini, para sahabat saling berpelukan kerana begitu gembira. Namun sayyidina Abu Bakar perasan al-Qaswah unta nabi menitiskan air mata dengan banyaknya. Beliau pun ikut menangis.

Sayyidian Umar bertanya apakah sebabnya lalu sayyidina Abu Bakar menjelaskan. Di sebalik berita gembira sempurnanya agama Islam, wahyu itu juga petanda khabar duka. Baginda pasti akan meninggalkan mereka kerana tugasnya sebagai Rasul sudahpun selesai. Mendengar itu sayyidina Umar pun menangis sama, begitu juga dengan para sahabat yang lain.

 

 

Pelihara solat walau dalam apa keadaan

Oleh DR. ZULKIFLI MOHAMMAD AL-BAKRI

FIRMAN Allah s.w.t. yang bermaksud: Dan jika kamu takuti (sesuatu bahaya) maka sembahyanglah sambil berjalan atau berkenderaan, kemudian apabila kamu telah aman sentosa, maka hendaklah kamu mengingati Allah (dengan mengerjakan sembahyang secara yang lebih sempurna), sebagaimana Allah telah mengajar kamu apa yang kamu tidak mengetahuinya. (al-Baqarah: 239)

Sayid Qutub berkata: Agama ini sungguh mengkagumkan. Ia adalah agama ibadat, iaitu ibadat dalam segala bentuk rupa dan solat itulah judul utamanya, dan menerusi ibadat manusia dapat sampai ke makam yang setinggi-tingginya.

Menerusi ibadat juga Allah mengukuhkan pendiriannya di dalam kesusahan dan mendidik dirinya dengan baik di dalam kesenangan dan kemewahan. Seterusnya melalui ibadat juga Allah memasukkannya ke dalam kedamaian dengan seluruh jiwa raganya dan melimpahkan ke atasnya nikmat keamanan dan kesejahteraan.

Mengancam

Oleh sebab itulah ibadat solat diberi perhatian yang begitu tinggi walaupun ketika pedang terhunus di tangan dan pedang musuh mengancam di lehernya.

Apabila berada dalam suasana aman, maka hendaklah mereka dirikan solat biasa yang diajarkan Allah kepada kaum Muslimin dan hendaklah mereka mengingati Allah sebagai bersyukur terhadap apa yang diajarkan Allah tentang hal-hal yang tidak diketahui mereka.

Firman Allah Taala: Dan jika kamu takuti (sesuatu bahaya) maka sembahyanglah sambil berjalan atau berkenderaan, Al-Mawardi berkata: Ulama telah khilaf kadar solat mereka. Jumhur telah berpendapat dengan dua rakaat. Sedangkan al-Hassan satu rakaat sahaja jika dalam ketakutan.

Sayid Qutub berkata: Jika seseorang itu menghadapi ketakutan yang tidak memberi peluang untuk mendirikan solat dengan menghala ke kiblat, maka solat hendaklah ditunaikan terus tanpa terhenti. Dan di sini yang menunggang binatang dan yang berjalan kaki dan sibuk bertempur dan menghindari bahaya dibenarkan menghadap ke arah mana sahaja yang sesuai dengan keadaannya dan bolehlah ia membuat isyarat-isyarat yang ringan untuk sujud dan rukuk.

Solat ini berlainan daripada solat yang dinyatakan kaifiatnya di dalam surah an-Nisa’. Kerana solat yang diterangkan di dalam surah an-Nisa’ itu adalah dikerjakan dalam keadaan, di mana kedudukan medan perang membenarkan diletakkan satu saf makmum yang mengawalnya, kemudian datang pula saf yang kedua pula bersembahyang serakaat sementara saf yang pertama yang telah telah bersembahyang kali yang pertama tadi berdiri mengawalnya.

Tetapi jika keadaan ketakutan itu bertambah dan pertempuran sedang berlaku, maka solat yang disebut dalam surah al-Baqarah di sini yang diamalkan.

Perintah solat ini amat mengkagumkan. Ia menunjukkan bagaimana pentingnya solat pada pandangan Allah yang menyarankan kepada hati kaum Muslimin bahawa solat selaku senjata untuk menghadapi ketakutan dan kesusahan. Oleh sebab itu solat tidak seharusnya ditinggal di saat-saat ketakutan yang sedang memuncak.

Solat adalah senjata. Oleh kerana itu ia ditunaikan oleh pejuang Islam di medan pertempuran ketika pedang terhunus di tangannya dan ketika pedang (musuh) menghayun di atas kepalanya. Ia tetap menunaikan solat kerana solat adalah senjata Mukmin sama seperti pedang yang terhunus di tangannya. Solat adalah perisai Mukmin sama seperti perisai yang melindunginya. Ia menunaikan solat untuk berhubung dengan Allah di saat-saat yang paling diperlukannya, di saat-saat yang dirasakannya paling dekat kepada Allah, iaitu ketika ketakutan mengepung di sekelilingnya.

Firman Allah Taala: Kemudian apabila kamu telah aman sentosa, maka hendaklah kamu mengingati Allah (dengan mengerjakan sembahyang secara yang lebih sempurna),

Al-Baghawi berkata: Maksud zikrullah ialah solat lima waktu yang sempurna dengan segala haknya.

Ibnu al-Arabi berkata: Allah s.w.t. memerintahkan supaya solat dipelihara dalam segenap keadaan, sama ada ketika sihat, sakit, bermukim, bermusafir, ketika kuat, ketika lemah, ketika takut dan ketika aman. Kewajipan solat tidak gugur daripada orang yang mukalaf dengan apa keadaan sekalipun dan kefarduannya tidak terjejas sedikitpun.

Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud: Solatlah sambil berdiri, kalau engkau tidak mampu solatlah sambil duduk, kalau engkau tidak mampu solatlah sambil mengiring.

Baginda bersabda dalam hadis sahih daripada riwayat Ibnu Umar berkaitan solat ketika takut:Jika ketakutan itu lebih kuat daripada yang demikian, maka solatlah sama ada secara berdiri atau berkenderaan, menghadap kiblat atau tidak mengadap kiblat.

Rasulullah s.a.w. pernah menunaikan solat khauf (semasa dalam ketakutan ) beberapa kali dengan pelbagai cara. Kami telah menyebutkannya secara terperinci dalam kitab-kitab hadis. Tujuannya untuk memberitahu bahawa solat hendaklah didirikan bagaimana cara yang terdaya dan kewajipannya tidak gugur dalam keadaan apa sekalipun. Meskipun ia hanya mampu dilakukan secara mengisyaratkan dengan anak mata maka ia mesti dilakukan.

Begitu juga jika tidak mampu, digerakkan anggota tubuh yang lain. Dengan pengertian ini maka solat berbeza daripada ibadat-ibadat yang lain. Hal ini kerana ibadat yang lain gugur kewajipannya apabila terdapat keuzuran dan diberikan rukhsah (keringanan) yang lemah. Sebab itulah para ulama kami mengatakan solat ialah persoalan yang paling besar: Sesungguhnya orang yang meninggalkan solat dihukum bunuh kerana solat menyerupai imam yang tidak boleh gugur dalam apa jua keadaan. Mereka menyatakan solat salah satu tunggak agama Islam yang tidak boleh digantikan dengan batang tubuh orang lain atau harta benda. Orang yang meninggalkannya perlu dihukum bunuh. Tunggak asalnya ialah dua kalimah syahadah.

Abu Hanifah mengatakan: Berperang menyebabkan solat itu menjadi rosak (batal). Kami telah menolak pandangannya dengan mengemukakan dalil melalui jalan periwayatan Ibnu Umar dan keterangan zahir ayat al-Quran ini merupakan dalil terkuat yang dapat menolak pandangan beliau.

Sonhaji berkata: Tetapi jika telah berada dalam keadaan aman kembali atau tidak berada dalam ketakutan lagi maka sembahyanglah seperti biasa. Sebutlah dan ingatlah kembali kepada Allah.

Firman Allah Taala: Sebagaimana Allah telah mengajar kamu apa yang kamu tidak mengetahuinya.

Al-Alusi berkata: Faedah menyebut maf’ul fih di sini sekalipun manusia tidak mengetahui kecuali apa yang tidak diketahui secara jelas dengan menyebut keadaan jahil yang berpindah daripadanya. Maka ia lebih nyata dalam kurniaan.

Sebagaimana Dia telah mengajarkan kamu apa yang kamu tidak ketahui yakni mengisyaratkan bahawa Allah mengurniakan kita nikmat ilmu pengetahuan, kalaulah tidak dengan adanya hidayat dan tunjuk ajar-Nya tiadalah dapat kita mengetahui sesuatu. Maka kepada-Nya terserah segala pujian.

Iktibar Ayat

– Solat tidak gugur dalam apa jua keadaan sekalipun.

– Solat merupakan ibadat yang mulia sebagai hubungan antara hamba dengan tuhannya.

– Pensyariatan solat khauf semasa dalam ketakutan atau peperangan menandakan kepentingan solat.

Soal jawab ini asalnya dari perbincangan yang ambe sertai dalam forum web zaharuddin.net, seorang ulama’ muda yang tidak asing lagi terutamanya dalam bidang ekonomi Islam. Beliau sekarang menjawat jawatan pensyarah di Universiti Islam Antarabangsa.

Kemusykilan:
hidangan majlis tu ialah daging kambing akikah, boleh ke daging ibadah akikah tu diberi makan kepada orang kafir? bagaimana pula dengan daging ibadah korban

Jawapan:
Aqiqah disebut dalam hadith :-

” Bersama bayi yang lahir itu aqiqah, maka kerna itu mengalirkanlah darah (sembelihan) untuknya, dan jauhkan baginya segala kesakitan (godaan syaitan) ( Riwayat Al-Bukhari)

“Setiap anak perlu dipajakkan (terhutang) dengan aqiqah, disembelih untuknya pada hari ketujuh umurnya, dan diberi nama dan dicukur rambut kepalanya” ( Riwayat Ashabus Sunan )

Aqiqah itu pula dari sudut bahasanya adalah ‘tolakan’, iaitu tolakan dari gangguan dan godaan Syaitan.

Berkenaan beri kepada non muslim, saya dapati tiada dalil mahupun pendapat ulama yang meletakkan syarat bahawa si penerima adalah orang Islam sahaja. Justeru…wallahu a’lam.. saya kira ianya adalah harus.

Cuma sudah tentu yang lebih baik adalah penerima dari kalangan orang Islam kerana diharapkan adalah sipenerima memahami lalu mendoakan si kanak-kanak tadi apabila menerima hidangan hasil aqiqah itu.  Jika beri pada bukan Islam, manalah mereka faham aqiqiah tu apa ..

Falsafah ‘aqiqah adalah sebagai tanda kesyukuran bagi anugerah cahaya mata yang dikurniakan oleh Allah SWT. Justeru ia lebih baik di kongsi sesama Islam. Ini kerana ia juga seumpama satu peringatan kpd yg lain untuk beraqiqah juga untuk anak mereka (jika belum). Non-Muslim tiada peruntukan aqiqah..

Sebagai tambahan info ; Kebanyakkan ulama menggalakkan daging dari hasil sembelihan itu dimasak terlebih dahulu sebelum di edarkan kepada faqir miskin, jiran tetangga walaupun mereka kaya.

Bagaimanapun, menurut satu pandangan :-

” Daging aqiqah dan korban haram diberi kepada bukan Islam kerana korban dan aqiqah merupakan amal ibadah kepada Allah. Ia bertujuan untuk bertaqarrub kepada Allah. Ini ada disebut dalam Fatwa Syeikh Ahmad al Fatthani.

Tapi kalau bukan Islam nak beli satu bahagian daripada daging lembu itu untuk kegunaan peribadi, bukannya utk korban, maka harus hukumnya menurut Syeikh Daud al fatthani dalam Furu’ul masaa’il. ”

Komen saya :

Ada benarnya, ini salah satu ijtihad yang sangat boleh dipegang. Bagaimanapun, ia tidak qat’ie dan ia masih dalam kategori perkara furu’/cabang.

Jika hujjah utama oleh beberapa ulama terulung tempatan di atas adalah “ia hal taqarrub”..maka anda boleh berhujjah bahawa hal taqarrub itu adalah terhenti di ketika niatnya, sembelihan dan hidangan dibuat..adapun hal ehwal mengedarkannya tidak lagi termasuk dalam hal yang menjadi syarat kepada taqarrub itu. Ia lebih kepada hal kemasyaratan sahaja.

Seperti solat.. ia adalah hal taqarrub kpd Allah..maka ada rukun dan syaratnya untuk memenuhi taqarrub yang disasarakan demikian juga solat di tempat yang suci adalah syarat sah utk taqarrub solat ini, tapi samada sejadah itu dibeli dari kedai non muslim atau tidak.. maka ia tidak memberi kesan kpd ibadah solat…ia cuma kurang digalakkan sahaja.

Dan mengedarkannya daging aqiqah kpd muslim sahaja, bukanlah menjadi syarat sah aqiqah dalam semua mazhab (kecuali jika saya tersilap, iaitu ada mazhab yg menajdikannya syarat sah aqiqah).

Malah jika seseorang bersedeqah kepada seorang bukan Islam di ditemuinya di keadaan yang amat memerlukan. Adakah tiada pahala baginya Ini tidak benar sama sekali, derma dan kebaikan yang dilakukan oleh Umat Islam adalah bersifat ‘taqarrub’ kepada Allah, dan ia pasti diterima walaupun penerima bantuan itu seorang kafir. Cuma, jika ada dua peminta antara Muslim dan kafir, sudah tentu lebih besar pahalanya diberikan kepada si Muslim. Bagaimanapun, ia tidak menjadikan hukum HARAM untuk diberi kepada si bukan Islam.

Justeru ia kekal isu yang sangat furu’ dan bebas memilih dalam kedua-dua fatwa ulama. wallahu ”lam.  

Kadar mutaah mengikut kemampuan suami

Oleh: DR. ZULKIFLI MOHAMAD ALBAKRI

Sayid Qutub berkata: Kemudian datang pula hukum perempuan yang dicerai sebelum disetubuhi. Ini adalah satu kes baru yang berlainan dari kes-kes talak yang melibatkan perempuan-perempuan yang telah disetubuhi yang telah diterangkan sebelum ini.

Kes ini memang banyak berlaku dan di sini al-Quran akan menerangkan kewajipan dan hak-hak bagi kedua-dua suami isteri itu.

Firman Allah: Tidaklah kamu bersalah dan tidaklah kamu menanggung bayaran mas kahwin jika kamu menceraikan isteri-isteri kamu sebelum kamu sentuh (bercampur) dengan mereka atau (sebelum) kamu menetapkan mas kahwin untuk mereka. Walaupun demikian, hendaklah kamu memberi Mutaah (pemberian saguhati) kepada mereka (yang diceraikan itu). Iaitu: suami yang senang (hendaklah memberi saguhati itu) menurut ukuran kemampuannya; dan suami yang susah pula menurut ukuran kemampuannya, sebagai pemberian saguhati menurut yang patut, lagi menjadi satu kewajipan atas orang-orang (yang mahu) berbuat kebaikan. (Al-Baqarah: 236)

Huraian untuk firman Allah s.w.t untuk ayat: Tidaklah kamu bersalah dan tidaklah kamu menanggung bayaran mas kahwin jika kamu menceraikan….. (sehingga ayat) suami yang susah pula menurut ukuran kemampuannya.

Al-Baghawi berkata: Mutaah tidaklah wajib dan perintah dengannya adalah sunat mengiaqkut sebahagian ulama.

Ibn al-Arabi berkata: Timbul perselisihan pendapat tentang menghuraikan maksudnya. Ada yang mengatakan, ia bermaksud: Tidak menjadi kesalahan kepada kamu menceraikan isteri-isteri yang telah ditetapkan mas kahwin kepada mereka sebelum berlakunya persetubuhan, selagi kamu belum menyentuh mereka atau menceraikan isteri yang belum ditetapkan mas kahwin sebelum ditetapkan. Pendapat ini dikatakan oleh al-Tabari, serta dipilih olehnya.

Ada yang mengatakan: Ia bermaksud; tidak menjadi kesalahan jika kamu menceraikan isteri-isteri selagi kamu belum menyentuh dan menetapkan mas kahwin untuk mereka.

Ada pula yang mengatakan, ayat ini masih mempunyai maksud tersembunyi iaitu tidak menjadi kesalahan kepada kamu jika kamu menceraikan isteri-isteri, sama ada kamu telah ditetapkan mas kahwin atau belum menetapkan:

Huruf au (atau) membawa erti wau (dan).

Dalam ayat ini ada pengertian tersembunyi yang perlu ditafsirkan untuk memahami maksud ayat.

Dengan itu huruf au (atau) tetap seperti maksud asalnya. Tetapi berperanan untuk memberikan penghuraian, pembahagian dan penerangan. Ia tidak membawa erti huruf wau (dan).

Sayid Qutub berkata: Kes yang pertama, ialah kes perempuan yang dicerai sebelum disetubuhi dan belum ditetapkan kepadanya bayaran mas kahwin yang tertentu, sedangkan mas kahwin itu merupakan suatu kefarduan.

Oleh itu dalam kes ini wajib di atas suami memberi bayaran saguhati mengikut kemampuannya. Tindakan ini mempunyai nilai kejiwaan di samping ia merupakan semacam bayaran pampasan. Putusnya tali ikatan kahwin sebelum dimulakannya itu menimbulkan perasaan yang pahit di dalam hati perempuan. Ia membuat perceraian dan perpisahan itu sebagai tikaman yang membawa dendam dan permusuhan.

Dengan bayaran saguhati itu boleh menghilangkan suasana yang mendung dan melepaskan tiupan angin bayu yang mesra dan meminta maaf dan menyalutkan talak itu dengan suasana sedih dan dukacita.

Jadi, apa yang berlaku itu merupakan satu percubaan yang gagal bukannya satu pukulan yang memang sengaja ditujukan. Oleh sebab itulah Allah menyuruh mereka memberi bayaran saguhati mengikut pertimbangan yang baik untuk mengekalkan perasaan kemesraan dan memelihara kenangan manis, dan di dalam waktu yang sama Allah tidak mentaklifkan suami dengan pemberian yang di luar kemampuannya.

Oleh itu, suami yang kaya mengikut taraf kekayaannya dan suami yang miskin mengikut batas-batas kemampuannya.

Firman Allah s.w.t, …sebagai pemberian saguhati menurut yang patut, lagi menjadi satu kewajipan atas orang-orang (yang mahu) berbuat kebaikan.

Sonhaji menyebut hukum-hukum yang terkandung dalam ayat ini ialah:

* Pertama: Jika seseorang itu mengahwini perempuan, tetapi belum lagi ditetapkan mas kahwinnya, sahlah nikahnya. Kemudian apabila diceraikannya sebelum disentuhnya, wajiblah ia memberi mutaahnya.

* Kedua: Perempuan yang dicerai sesudah disentuh, tiadalah baginya mutaah, tetapi dengan sendirinya ia sudah berhak menuntut sepenuhnya mahar misil.

Adapun mahar misil ini ialah mas kahwinnya yang semisal dengan perempuan itu, iaitu; jika dara mas kahwinnya yang semisal dengan dara, jika janda mas kahwinnya semisal dengan janda. Jika ada kelebihan lain seperti seperti seorang yang terpelajar umpamanya, hendaklah diikuti mengikut tarafnya.

Dalam pada itu, mengikut pendapat al-Syafie yang muktamad – sekalipun isteri telah diberi mahar atau mas kahwinnya, bila diceraikan diwajibkan juga memberikan mutaahnya berdasarkan firman Allah, surah al-Baqarah, ayat 241 yang bermaksud: Perempuan yang diceraikan itu berhak mendapat mutaah dari suaminya secara patut.

lKetiga: Kesimpulan kadar mutaah yang telah ditetapkan oleh ayat ini bergantung kepada keadaan suami, yang kaya mengikut kekayaannya, yang miskin mengikut kadar yang termampu – terserahlah kepada pertimbangan yang adil – samalah kedudukannya dengan kadar memberi nafkah yang telah diwajibkan oleh Allah ke atas para suami terhadap isteri.

Ibn al-Arabi berkata: Hikmah di sebalik ketetapan itu ialah kerana Allah s.w.t menentukan balasan bagi persetubuhan itu ialah mas kahwin yang wajib. Dan balasan bagi perceraian sebelum persetubuhan ialah separuh mas kahwin itu. Ini disebabkan kedudukan isteri yang telah halal disebabkan oleh akad perkahwinan.

Oleh itu, jika suami menceraikannya sebelum menyetubuhinya dan sebelum menetapkan mas kahwin maka Allah s.w.t memastikan kepadanya supaya membayar sagu hati atau mutaah sebagai tandingan bagi pengertian ini. Disebabkan itulah ulama berbeza pendapat berkewajipan membayar mutaah.

Ada yang berkata wajib berdasarkan zahir ayat dan disebabkan pengertian di sebalik hikmah tadi. Walaupun begitu dalam mazhab Maliki, mutaah tidak wajib kerana dua sebab:

* Pertama: Allah s.w.t tidak menentukan kadarnya. Tetapi diserahkan kepada ijtihad manusia yang menetapkannya.

* Kedua: Dalam ayat di atas, Allah menyebut pada akhirnya dengan kalamnya yang bermaksud: Sebagai satu hak kewajipan ke atas orang yang berbuat kebajikan. Ini memberi maksud, kalau ia merupakan pemberian yang wajib, sudah pasti Allah menentukan kewajipannya ke atas semua orang.

– Iktibar Ayat

* Yang dimaksudkan dengan mutaah adalah semua benda yang dapat dimanfaatkan.

* Sifat toleransi dan bertimbang rasa patut dipupuk dalam institusi rumah tangga.

* Kadar pemberian mutaah atau nafkah mengikut keadaan manusia dari segi kaya dan miskinnya dia.

FIQH AMAL ISLAMI PDF Cetak E-mail
 

The image “http://buletinonline.net/v2/images/berita/dscf7792.jpg” cannot be displayed, because it contains errors.

OLEH DATO’ HAJI HARUN TAIB

MUQADDIMAH

Memahami Islam, perjuangan dan gerak kerjanya adalah suatu perkara yang sangat mustahak bagi setiap orang yang mungkin menceburkan dirinya di dalam perjuangan Islam. Jika tidak, mungkin kegiatan dan tindakannya akan bertentangan dan menyimpang jauh dari kehendak Islam. Akhirnya gerakan menjadi hancur dan para pejuang menjadi mangsa.

Kertas ini cuba memberi gambaran ringkas berkenaan tajuk “kefahaman” agar setiap yang terlibat dapat menilai dan membuat keputusan dan tindakan yang betul selaras dengan kehendak Islam.

MEMAHAMI ISLAM

Semua yang terlibat di dalam gerakan Islam memahami:

a) Bahawa Islam itu agama yang lengkap, merangkumi seluruh bidang kehidupan manusia, aqidah dan syariah, agama dan negara. Oleh kerana itu, ia mestilah bersedia untuk membetulkan aqidahnya, ibadahnya dan lain-lain perkara supaya selaras dengan kehendak al-Quran dan as-Sunnah.

b) Ia hendaklah memahami bahawa al-Quran, as-Sunnah, al-Ijma’ dan al-Qias itu merupakan rujukan bagi orang-orang Islam, pendapat sesiapa jua pun yang bertentangan dengan sumber-sumber tersebut tidak boleh dihormati dan dipatuhi.

c) Oleh itu, pendapat pimpinan yang tidak berlawanan dengan sumber-sumber tersebut hendaklah dihormati dan dipatuhi sekalipun tidak sama dengan pendapat sendiri.

d) Perselisihan pendapat dalam masalah furu’ adalah perkara boleh dan tidak dapat dielakkan. Oleh kerana itu, setiap muslim yang belum mencapai martabat ijtihad hendaklah ia menerima pakai mana-mana pendapat alim ulama’ yang mu’tabar dan janganlah dijadikan berlainan pendapat serta pandangan dalam masalah furu’ itu punca pertelingkahan dan perpecahan dikalangan anggota.

e) Setiap anggota hendaklah faham, ia tidak boleh mengkafirkan seseorang yang mengucap dua kalimah syahadah selama mana ia beramal dengan tuntutan dan kehendak dua kalimah syahadah itu dan selama mana ia tidak mengeluarkan kata-kata yang menjadikan seseorang itu terkeluar daripada Islam atau ia mengingkari sesuatu yang diketahui secara dharuri atau secara mudah dan tidak payah berfikir di dalam Islam. Seperti ia mengingkari haramnya ‘riba’ atau haramnya ‘arak’ atau ia mengingkari seperti wajibnya menjalankan syariat Islam dalam pemerintahan negara atau selama mana ia tidak melakukan perbuatan yang boleh dita’wilkan kecuali kufur, seperti ia menyembah berhala atau seperti ia menghina kitab suci al-Quran al-Karim.

MEMAHAMI HAKIKAT PERJUANGAN ISLAM

Untuk memahami perjuangan Islam, kita haruslah merujuk kepada kandungan satu hadis Nabi yang diriwayatkan oleh seorang sahabat yang bernama Suhain ar-Rumi. Antara isi kandungannya ialah:

1) Bahawa Islam seperti kita fahamkan itu, merupakan suatu perjuangan yang sambung-menyambung dan tali menali dari segi perjuangan yang pernah diperjuangkan oleh para anbiya’ dan mursalin, bermula dari perjuangan Nabi Allah Adam a.s sampailah kepada perjuangan Nabi Muhammad SAW yang disambung semula secara terus-menerus oelh para sahabat, tabi’in dan orang-orang yang datang selepas mereka hingga ke hari ini dan hari yang akan datang.

2) Perjuangan ini sering bermuwajahah dengan golongan yang berkuasa di dalam masyarakat terutamanya para pemerintah yang tidak berdasarkan kepada Islam dan sekaligus menjadi penghalang kepada kerja-kerja Islam. Hal ini boleh dilihat dengan jelas, bila kita cuba mengingati perjuangan Nabi Ibrahim a.s yang ditentang oleh Namrud, Nabi Musa a.s ditentang oleh Firaun dan lain-lain. Bukan sahaja ia menjadi penghalang tetapi juga berusaha sedaya mungkin untuk mempertahankan dasar pemerintahannya. Hatta walaupun para pemimpin yang ada itu pergi, namun mereka tetap mahu melihat bahawa dasar pemerintahannya itu terus wujud dan kekal.

3) Untuk menjamin sistem pemerintahan yang mereka anuti itu kekal, bermacam-macam usaha yang mereka lakukan. Antaranya mengadakan pasukan pertahanan yang kuat, pasukan keselamatan yang rapi, sistem pendidikan dan pembelajaran bermatlamat, para petugas dan pegawai yang terlatih kepimpinan masyarakat yang berkeyakinan, sumber ekonomi yang terjamin dan sebagainya.

4) Pertentangan antara pejuang Islam dengan pihak yang berkuasa di dalam sesuatu masyarakat itu bukan disebabkan oleh hal-hal yang berkaitan dengan peribadi, tetapi merupakan pertembungan aqidah dan dasar. Hal ini jelas, bila kita mengingati kembali perhubungan di antara Nabi Musa a.s dan Firaun, sebelum menjadi Nabi dan selepas ia diutus menjadi Rasul, hubungan di antara Nabi Muhammad SAW dengan para pemimpin masyarakat Quraisy. Sebelum diangkat menjadi Nabi, baginda disanjung tinggi oleh masyarakat Quraisy sehingga baginda digelar ‘Al-Amin’. Hal ini berubah apabila baginda diisytiharkan menajdi Nabi. Gelaran al-Amin itu bertukar menjadi ahli sihir, gila, pendusta dan lain-lain.

Di zaman kini juga, tidak kurang contohnya yang boleh diambil faham oleh para da’i, khususnya di dalam negara kita yang tercinta ini. Terdapat beberapa orang individu yang pernah dikenakan tindakan undang-undang ke atas mereka sewaktu berada di dalam perjuangan Islam atas alasan yang pelbagai tetapi orang yang sama mendapat sanjungan pihak yang berkuasa apabila meninggalkan perjuangan Islam.

MEMAHAMI ISLAM DARI SUDUT GERAK KERJA UNTUK MENEGAKKANNYA

Untuk memahami Islam dari sudut ini pula, kita haruslah memerhatikan beberapa ayat yang antara lainnya seperti firman Allah, maksudnya:

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka; kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari kurniaan Allah dan keredhaanNya, tanda-tanda mereka nampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, iaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah ia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya kerana Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu’min). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh di antara mereka ampunan dan pahala besar”. (al-Fath : 29)

Dari ayat ini, jelas proses perkembangan perjuangan Islam itu. Di mana ia bermula dengan hanya seorang sahaja iaitu Nabi Muhammad SAW. Kemudian ia berkembang daripada seorang kepada seorang yang lain sehingga menjadi suatu kekuatan yang tidak dapat dibendung lagi oleh para penentangnya. Adapun proses perkembangan dan gerak kerja yang dilakukan oleh baginda boleh kita dapati daripada pemerhatian kita akan ayat-ayat yang berikut:

Firman Allah, maksudnya:

“Bacalah dengan menyebut nama Tuhan engkau yang mencipta”. (al Alaq : 1)

Firman Allah, maksudnya:

“Dan berikanlah peringatan kepada keluargamu yang terdekat”.(as-Syu’ara : 214)

Firman Allah, maksudnya:

“Dialah yang mengutuskan kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayatnya kepada mereka kitab dab hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan”. (al-Jumu’ah : 2)

Firman Allah, maksudnya:

“Dan jadikanlah dirimu sentiasa berdamping rapat dengan orang yang beribadah kepada Tuhan mereka pada waktu pagi dan petang yang mengharapkan keredhaan Allah semata-mata”. (al-Kahfi : 28)

Firman Allah, maksudnya:

“Tidakkah engkau melihat kepada mereka yang dikatakan kepada mereka tahanlah tangan-tanganmu dan dirikanlah sembahyang”. (an-Nisa’ : 77)

Firman Allah, maksudnya:

“Maka berterus teranglah dengan apa yang diperintahkan kepada kamu dan janganlah kamu menghiraukan tindakan golongan musyrikin”. (al-Hijr : 94)

Firman Allah, maksudnya:

“Dan siapkanlah untuk mereka kekuatan semampu mungkin”. (al-Anfaal : 60)

Firman Allah, maksudnya:

“Diizinkan bagi mereka berperang (untuk melakukan sesuatu tindak balas) kerana mereka telah di zalimi…”. (al-Hajj : 39)

Firman Allah, maksudnya:

“Dan perangilah pada jalan Allah akan orang-orang yang memerangi kamu”. (al-Baqarah : 190)

Memerhatikan ayat-ayat yang diutarakan di atas dengan baik dan memahaminya dengan halus dan lumat, saudara akan bertemu dengan makna dan maksudnya memahami Islam dari sudut gerak kerja untuk menegakkannya. Bertambah terang lagi, apabila saudara membaca dengan teliti keseluruhan yang tersurat dan yang tersirat di dalam perbincangan yang akan datang.

PERINGKAT KERJA YANG DILALUI OLEH JAMA’AH MUSLIMIN

Gerakan Islam hari ini merupakan lanjutan daripada gerakan yang dipimpin oleh Rasulullah SAW. Oleh kerana itu, ia mestilah mengambil kira apa yang dilakukan oleh junjungan besar Nabi Muhammad SAW, rasul penamat itu.

Gerakan Islam hari ini, hendaklah melalui tiga marhalah sepertimana yang dilalui oleh pimpinan gerakan Rasulullah SAW iaitu marhalah at-Ta’rif, at-Takwin dan at-Tanfiz wal muwajahah.

Marhalah at-Ta’rif

Marhalah at-Ta’rif merupakan marhalah memperkenalkan Islam dan perjuangan Islam kepada masyarakat umum. Marhalah ini adalah marhalah kesungguhan di dalam menyampaikan da’wah dan memperkenalkan jama’ah kepada umat manusia sepertimana yang difirmankan oleh Allah, menceritakan apa yang diucapkan oleh Nabi Allah Nuh a.s. Firman Allah, maksudnya:

“Berkata Nabi Nuh a.s: “Hai Tuhanku, sesungguhnya aku menyeru kaumku siang dan malam”. (Nuh : 5)

Marhalah ini bertujuan untuk memperkenalkan Islam dan jama’ah kepada masyarakat. Ia boleh dilakukan melalui syarahan-syarahan, ceramah-ceramah, hubungan secara individu, sebaran, forum, kelas-kelas pengajian dan lain-lain.

Marhalah at-Takwin

Marhalah ini ialah merupakan marhalah pembentukan dan pembinaan untuk melahirkan tenaga mahir supaya bekerja di dalam gerakan Islam atau Jama’ah Muslimin.

Marhalah inilah yang dimaksudkan oleh firman Allah SWT, maksudnya:

“Dan jadikanlah dirimu sentiasa berdamping rapat dengan orang-orang yang beribadah kepada Tuhan mereka pada waktu pagi dan petang yang mengharapkan keredhaan Allah semata-mata. Dan janganlah engkau memalingkan pandanganmu daripada mereka hanya kerana engkau mahukan kesenangan hidup di dunia dan janganlah engkau mematuhi orang yang Kami ketahui hatinya lalai daripada mengingati dan mematuhi pengajaran Kami di dalam al-Quran, serta ia menurut hawa nafsu dan tingkah lakunya adalah melampaui kebenaran”. (al-Kahfi : 28)

Di dalam ayat ini, Allah mengingatkan baginda supaya sentiasa berdamping rapat dengan orang-orang Islam (dalam bahasa gerakan; berdamping rapat dengan para anggota), sekalipun mereka miskin. Di dalam surah lain Allah berfirman, maksudnya:

“Sesungguhnya telah datang kepada kamu seorang rasul dari golongan kamu sendiri (Nabi Muhammad) yang menjadi sangat keberatan kepadanya sebarang kesusahan (yang ditanggung oleh) kamu yang tamakkan kebaikan bagi kamu dan kepada orang-orang yang beriman pula ia menumpahkan perasaan belas serta kasih sayang”. (at-Taubah : 128)

Ayat-ayat yang kita utarakan di atas, memberi perhatian yang berat kepada orang-orang yang bertanggungjawab di dalam Jama’ah Muslimin supaya bersabar di dalam membentuk dan mendidik anggota-anggotanya.

Ayat-ayat tersebut juga mengarahkan orang-orang yang bertanggungjawab di dalam gerakan Islam supaya sentiasa memberi perhatian yang tidak putus-putus terhadap anggotanya dan menjaga mereka serta mengambil berat tentang mereka.

Ayat-ayat tersebut juga mengarahkan pihak yang bertanggungjawab di dalan al-Amal Islami supaya tidak mempedulikan apa-apa yang dilemparkan kepada mereka oleh orang-orang jahil. Sebagaimana Rasulullah tidak mengendahkan pendustaan dan lontaran batu yang dilakukan oleh orang-orang kafir samada di Mekah mahupun di Tho’if. Baginda menenangkan keluarga Yasir, bersabarlah!” Baginda tidak mengarahkan mereka bertindak balas kerana menunggu izin daripada Allah.

TARBIYYAH DAN KEGIATANNYA

Untuk mencapai tujuan dan matlamat tersebut, maka kegiatan yang hendak dilakukan hendaklah berdasarkan kepada waqi’, kedudukan dan susunan anggota. Sebagaimana yang kita semua arif, bahawa kedudukan anggota kita adalah berperingkat-peringkat seperti berikut:

i) Cawangan

ii) Kawasan

iii) Perhubungan Negeri

Peringkat Cawangan

Tarbiyyah peringkat cawangan bertujuan untuk memastikan bahawa setiap anggota memahami aqidah dengan betul dan melakukan ibadah yang sah serta memberi wala’ yang sejahtera kepada Jama’ah.

Kerana itu penekanan diberi kepada keilmuan Islam secara senang difahami samada di bidang aqidah, ibadah akhlaq dan lain-lain.

Penekanan juga diberi kepada usaha untuk membiasakan anggota dengan perkara-perkara seperti berikut:

1) menghadiri perhimpunan umum

2) menghadiri perhimpunan khusus

3) mengeluarkan zakat kepada jama’ah

4) membaca Al-Quran

5) sentiasa beramal dengan perkara-perkara yang sunat di samping yang wajib dan meninggalkan yang makruh dan haram.

Peringkat Kawasan

Matlamat tarbiyyah diperingkat ini ialah untuk melahirkan di kalangan pimpinan kawasan, pemuda dan muslimat kawasan sifat-sifat seperti

1) cintakan Allah

2) rahmat sesama mu’min

3) izzah terhadap kafirin

4) berjihad dengan mengorbankan yang murah dan mahal, harta dan nyawa dan memberi wala’ yang tidak berbelah bagi kepada Jama’ah.

Cara-caranya:

– Membiasakan diri supaya beriltizam dengan tuntutan dan keperluan di atas – Membiasakan diri untuk meneruskan pencapaian matlamat – Memberikan taat yang tidak berbelah bagi dalam perkara ma’ruf

Penekanan kepada:

1) Program keselamatan

2) Program amar Ma’ruf dan nahi munkar secara amali

3) Program untuk menarik sasaran ke dalam Jama’ah dengan tidak memilih bulu

4) Program memimpin halawah, perhimpunan, tamrin dan lain-lain

5) Program memimpin usrah dan lain-lain tindakan yang diperlukan oleh Jama’ah

Perhubungan Negeri

Tarbiyyah diperingkat ini bermatlamat untuk melahirkan di kalangan anggota sifat-sifat seperti:

– Benar

– Amanah

– Menyampaikan

– Cerdik

– Lembut

– Berhati-hati

– Suka berkhidmat

– Pemurah

– Berani dan lain-lain

Cara-caranya:

– Beriltizam dengan Islam zahir dan batin

– Beriltizam dengan pendapat/keputusan majoriti syura berpandukan kaedah yang dipakai oleh Jama’ah

Penekanan kepada dua perkara di atas hendaklah berpandukan kepada undang-undang tertinggi di dalam harakah iaitu al-Quran, as-Sunnah, al-Ijma’ dan al-Qias.

Perlaksanaan

Untuk mencapai tujuan dan matlamat di atas, maka cara-cara berikut hendaklah digunakan:

1. Kuliah/usrah harian, mingguan dan bulanan. Pastikan semua anggota hadir

2. Usrah mingguan atau bulanan Mingguan – peringkat cawangan Bulanan – peringakt kawasan/perhubungan

3. Tamrin – bulanan atau tiga bulan sekali Bulanan – peringkat cawangan Tiga bulan sekali – peringkat kawasan/perhubungan

4. Jenis-jenis Tamrin

a) Tamrin Haraki

b) Tamrin Siyyasi

c) Tamrin Thaqafi

d) Tamrin Riadhi

Tamrin Haraki bertujuan untuk:

1. Meyakinkan para anggota tentang harakah – ciri-ciri, matlamat dan cara

2. Penguasaan terhadap anggota dari segi harakah dan penguasaan terhadap masyarakat

3. Penguasaan terhadap harakah – yang merangkumi:

i) Usul dan kaedah yang merangkumi fikrah, keperluan-keperluan, sudut-sudut, sifat- sifat dan tabiat kerja

ii) Keselamatan yang merangkumi cara mengenal kawan dan lawan

Tamrin Siyyasi bertujuan untuk:

1. Memastikan para anggota memahami pergolakan politik negara, antarabangsa – khasnya rantau Asia Tenggara, seterusnya politik Islam dan pendekatan terhadap masalah

2. Memastikan para anggota dapat membuat pengolahan terhadap isu-isu semasa

3. Memastikan para anggota dapat bertindak dengan cekap dalam menghadapi setiap isu

Tamrin Thaqafi bertujuan untuk:

1. Memastikan supaya para anggota memahami dengan baik perkara yang berkaitan dengan Islam

2. Memastikan bahawa para anggota memiliki keperluan asas dari segi ilmu pengetahuan demi untuk menlayakkan mereka meneruskan perjuangan pada masa akan datang

Tamrin Riadhi bertujuan untuk memastikan bahawa para anggota sihat tubuh badanm pantas bergerak dan mampu untuk mempertahankan diri ketika perlu.

Pengendalian

Pengendalian tamrin ada hubung kait yang rapat dengan jenis-jenis tamrin dan matlamatnya. Di samping itu, ia pula berkaitan dengan tempat, tajuk, penceramah, keselamatan dan pengurusan. Walau bagaimanapun tertakluk kepada matlamat dan masa, maka kadang kala dapat diadakan sekaligus dengan cara mengatur program tamrin itu merangkumi matlamat-matlamat yang kita utarakan di atas.

Secara umumnya matlamat terakhir bagi marhalah ini ialah melahirkan individu muslim, keluarga dan masyarakat Islam.

Marhalah at-Tanfiz – Perlaksanaan

Marhalah ini mempunyai tiga makna:

1. Makna yang umum

Tanfiz dengan makna yang umum merangkumi segala usaha dan tenaga yang dicurahkan keluar dari diri sendiri demi untuk kepentingan dakwah Islamiyyah/gerakan Islam. Justeru itu, sebarang usaha yang dilakukan oleh seseorang anggota untuk memperkenalkan Islam dinamakan ‘Tanfiz’. Usaha yang dilakukan oleh seseorang anggota untuk pembentukan ke arah prinsip-prinsip Islam dan supaya berakhlak dengan akhlak Jama’ah juga merupakan sebahagian daripada marhalah tanfiz.

2. Makna yang khusus

Tanfiz dengan makna yang khusus ialah pergerakan harian yang berbentuk jihad yang dilakukan oleh anggota demi untuk melahirkan kejayaan di dalam mahalah-marhalah yang tertentu. Oleh kerana itu, marhalah ta’rif, takwim dan tanfiz dapat berjalan beriringan.

3. Makna yang lebih khusus

Tanfiz dengan makna lebih khusus ialah yang berbentuk jihad yang tidak pernah mengenal penat dan lelah setiap hari, yang mengorbankan masa, tenaga, wang ringgit dan segala yang ada untuk menjayakan cita-cita yang lengkap dan syumul. Ia merangkumi jihad harian dan persiapan untuk menegakkan sebuah negara Islam.

Sudah menjadi sunnah Allah bahawa kerja yang dilakukan di dalam semua peringkat tersebut akan bermuwajahah. Ini adalah disebabkan bahawa kerja-kerja ini akan melahirkan anggota masyarakat yang beramal dengan tuntutan Islam yang sama sekali berbeza dengan amalann anggota masyarakat yang sedia ada. Walaupun mereka menentang, tetapi ia terus berkembang. Bagaimanapun sabarnya orang-orang Islam terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam, namun demikian mereka tidak tahan sabar melihat perkembangan Islam. Di sanalah akan berlaku muwajahah.

Para pejuang Islam haruslah mengingati dan memahami bahawa perjuangan ini adalah bermuwajahah. Golongan berkuasa (pemerintah) apabila disebut pemerintah sudah pasti ia memiliki bermacam-macam kekuatan. Untuk berhadapan dengan golongan ini kita hendaklah memiliki sifat-sifat antara lain seperti berikut:

a) Tetap dan tabah

b) Berzikir kepada Allah

c) Taatkan Allah dan RasulNya

d) Tidak bertelagah sesama sendiri

e) Bersabar sehingga persiapan telah cukup dan mampu untuk bermuwajahah

Neraca Kemampuan

Berbeza pendapat di kalangan ulama’ Islam tentang neraca kemampuan. Setengah ulama’ berpendapat paabila sampai bilangan ke angka mujahid Badar. Setengah pul berpendapat – bilangan yang selari denga firman Allah, maksudnya:

“Jika terdapat dua puluh orang yang sabar di kalangan kamu, nescaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh”. (al-Anfal:65)

Kita berpendapat apabila bilangan anggota yang layak berjihad berjumlah seperti yang tersebut di dalam firman Allah, maksudnya:

“Jika ada di antara kamu seratus orang yang sabar, nescaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang dan jika di antara kamu ada seribu orang (yang sabar), nescaya mereka dapat mengalahkan dua ribu orang dengan izin Allah”. (al-Anfal: 66)